Matematika sebuah Manajemen Usaha



Matematika sebuah Manajemen Usaha
Oleh : Nafis Dwi Kartiko




Telah kita ketahui rumus kecepatan secara umum sebagai berikut.
Dimana :
V adalah kecepatan,
S adalah jarak, dan
T adalah waktu.
Secara umum arti rumus tersebut adalah kecepatan didefinisikan sebagai perbandingan jarak yang ditempuh dengan waktu yang ditempuh. Dapat juga kita katakan bahwa jarak yang ditempuh adalah perkalian dari kecepatan dengan waktu tempuh. Selain arti sebelumya dapat dikatakan bahwa kecepatan berbanding lurus dengan jarak dan berbanding terbalik dengan waktu.
Semakin besar kecepatan kita, tentu akan semakin panjang/jauh jarak yang kita tempuh. Sebaliknya jika semakin kita memperbesar kecepatan maka akan semakin sedikit waktu yang dibutuhkan/semakin singkat waktu yang ditempuh untuk menuju tempat yang kita tuju.
Dalam melakukan sebuah perjalanan jarang dari kita akan berpikir berapa kecepatan yang akan kita gunakan, yang sering kira pikirkan kita akan mengendarainya dengan kencang atau dengan santai. Sebelum kita mengendarai motor ke kantor misalnya, jika waktu sudah menunjukkan pukul 07.26 sedangkan masuk kantor jam 07.30, padahal biasanya kita berangkat pukul 07.00 membutuhkan waktu 30 menit untuk tiba di kantor tepat waktu, tentu kita akan menancap gas motor kita dengan cepat dan melaju dengan kecepatan yang besar untuk tiba di kantor tepat waktu. Jika merasa belum kencang, pasti kita akan tarik lagi gasnya, begitu terus yang kita lakukan sampai kita merasa sudah maksimal dan bisa datang ke kantor tepat waktu. Kita biasanya melihat besar kecepatan kendaraan kita ketika ada dibeberapa contoh keadaan berikut.
1.      Merasa sangat kencang atau kendaraan kita berjalan lebih lambat, artinya kendaraan kita berjalan tidak sesuai biasanya (ada masalah)
2.      Iseng saja melihat kecepatan untuk tau kecepatan kita sebenarnya berapa
3.      Kita melihat besar kecepatan kendaraan kita ketika berada di jalan tol misalnya, dengan rambu yang bertuliskan “kecepatan minimal 60 km/jam”.
Apakah arti keadaan-keadaan tersebut?
Dalam kondisi pertama kita melihat ada sebuah masalah dalam kendaraan kita atau kita sendiri yang mengalami masalah. Misalnya semakin tua umur seseorang maka akan semakin menurun mobilitasnya, tentunya akan berakibat kecepatan dia untuk pindah juga akan diperlambat. Kondisi lain, motor yang biasanya melaju dengan kecepatan 60 km/jam kita merasa itu sudah kencang, tetapi suatu hari kita mengendarai motor dengan kecepatan 60 km/jam tidak merasa motor itu kencang, malah kita anggap motornya berjalan dengan lambat. Identifikasinya adalah motor yang kita miliki sudah saatnya di service karena ada yang kita anggap tidak beres.
Kondisi yang kedua, kita melihat besar kecepatan kendaraan karena iseng semata. Mungkin karena ingin tau kecepatan kita berapa, mungkin ditanya seseorang,  atau karena hanya ingin melihat saja.
Kondisi berikutnya kita berada pada sebuah situasi yang menghadapkan kita pada sebuah keharusan untuk melaju dengan kecepatan tertentu, akhirnya kita melihat kecepatan kendaraan kita berapa. Jika dihadapkan minimal/maksimal kita melaju dengan kecepatan V maka kendaraan yang kita miliki akan kita sesuaikan kecepatannya. Apakah kita turunkan atau kita naikkan kecepatannya.
Konsep-konsep sebelumnya coba kita aplikasikan dalam hidup kita, dengan memisalkan
Target yang dituju= jarak
Usaha = kecepatan, kita akan memeroleh persamaan baru yaitu
Semakin banyak target, kita akan semakin mengeluarkan banyak usaha/semakin memperbesar usaha. Pikiran lumrah seseorang biasanya jika banyak target ingin segera mengerjakannya dengan waktu sesingkat mungkin agar cepat terselesaikan. Oleh karena itu, usaha yang kita keluarkan berbanding lurus dengan target dan berbanding terbalik dengan waktu. Banyak target yang tidak tercapai, artinya usaha kita kurang besar dan terlalu membuang banyak waktu kita untuk tidak fokus pada target.
Coba kita kaitkan dengan ilustrasi sebelumya yaitu keadaan dimana kita akan melihat kecepatan kendaraan yang kita kendarai dengan seberapa tau kita akan usaha yang kita keluarkan. Pada kondisi pertama melihat usaha karena ada suatu masalah, inilah yang biasa kita sebut dengan evaluasi. Dengan adanya sebuah evaluasi kita akan mengetahui banyak hal contohnya  kemampuan kita, dan apa saja kesalahan kita selama ini yang menyebabkan target tidak terpenuhi.
Pada kadaan yang kedua, kita melihat kecepatan kita karena “iseng”, dalam konteks usaha ini yang biasa kita sebut dengan monitoring. Monitoring dilakukan misalnya untuk mengetahui berapa usaha kita, ada atasan/pihak yang membutuhkan pengetahuan/informasi berapa besar usaha yang kita lakukan.
Keadaan terakhir adalah adanya pemantik untuk menurunkan atau menaikkan usaha. Pemantik tersebut misalnya adalah aturan atau pengingat. Dengan adanya aturan kita akan merasa terikat untuk menyelesaikan target. Jika aturan mengharuskan usaha kita harus lebih besar karena banyaknya syarat misalnya, tentu kita akan lebih aware atas usaha kita, apakah sudah sesuai aturan atau belum. Adanya pengingat juga sangat berguna untuk melihat usaha kita. Ketika kita berjalan dengan lamban/tidak semestinya, makan ada pengingat yang meluruskan kembali niat kita untuk berusaha lebih giat/lebih besar lagi.
Dalam sebuah organisasi diperlukan sebuah manajemen usaha yang difungsikan untuk melihat seberapa besar usaha organisasi untuk mencapai target yang ditentukan. Berdasarkan uraian sebelumnya ada 3 aspek yang dapat dijadikan untuk membuat manajemen usaha yang bagus, yaitu evaluasi, monitoring, dan adanya suatu pemantik.
Dalam manjemen usaha, aspek ketiganya dapat dijelaskan sebgaai berikut
1.       Pemantik
Pemantik adalah sebuah dorongan untuk menyelesaikan target dengan besar usaha tertentu. Pemantik untuk manajemen usaha dengan membuat sebuah aturan atau pengingat akan adanya sebuah target
2.       Monitoring
Monitoring dilakukan untuk mengetahui seberapa besar usaha yang kita lakukan dalam memenuhi sebuah target. Monitoring juga diperlukan jika sewaktu-waktu pemangku kepentingan memerlukan informasi akan besarnya usaha yang dilakukan.
3.       Evaluasi
Evaluasi dilakukan ketika merasa ada kesalahan yang terjadi dalam melakukan usaha mencapai target, ataupun mencari tau mengapa target tidak terpenuhi.
Berdasarkan pemikiran sebelumnya sebuah organisasi yang memerlukan manajemen usaha memerlukan runtutan aspek pemantik, monitoring, dan evaluasi untuk mencapai target organisasi.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Soal USM STAN 2001

Aljabar untuk USM STAN

Soal TPA Antonim