Matematika sebuah Manajemen Usaha
Telah
kita ketahui rumus kecepatan secara umum sebagai berikut.
Dimana :
V adalah kecepatan,
S adalah jarak, dan
T adalah waktu.
Secara umum arti rumus tersebut
adalah kecepatan didefinisikan sebagai perbandingan jarak yang ditempuh dengan
waktu yang ditempuh. Dapat juga kita katakan bahwa jarak yang ditempuh adalah
perkalian dari kecepatan dengan waktu tempuh. Selain arti sebelumya dapat
dikatakan bahwa kecepatan berbanding lurus dengan jarak dan berbanding terbalik
dengan waktu.
Semakin besar kecepatan kita,
tentu akan semakin panjang/jauh jarak yang kita tempuh. Sebaliknya jika semakin
kita memperbesar kecepatan maka akan semakin sedikit waktu yang dibutuhkan/semakin
singkat waktu yang ditempuh untuk menuju tempat yang kita tuju.
Dalam melakukan sebuah perjalanan
jarang dari kita akan berpikir berapa kecepatan yang akan kita gunakan, yang
sering kira pikirkan kita akan mengendarainya dengan kencang atau dengan
santai. Sebelum kita mengendarai motor ke kantor misalnya, jika waktu sudah
menunjukkan pukul 07.26 sedangkan masuk kantor jam 07.30, padahal biasanya kita
berangkat pukul 07.00 membutuhkan waktu 30 menit untuk tiba di kantor tepat
waktu, tentu kita akan menancap gas motor kita dengan cepat dan melaju dengan
kecepatan yang besar untuk tiba di kantor tepat waktu. Jika merasa belum kencang,
pasti kita akan tarik lagi gasnya, begitu terus yang kita lakukan sampai kita
merasa sudah maksimal dan bisa datang ke kantor tepat waktu. Kita biasanya
melihat besar kecepatan kendaraan kita ketika ada dibeberapa contoh keadaan
berikut.
1. Merasa sangat
kencang atau kendaraan kita berjalan lebih lambat, artinya kendaraan kita
berjalan tidak sesuai biasanya (ada masalah)
2. Iseng
saja melihat kecepatan untuk tau kecepatan kita sebenarnya berapa
3. Kita melihat
besar kecepatan kendaraan kita ketika berada di jalan tol misalnya, dengan
rambu yang bertuliskan “kecepatan
minimal 60 km/jam”.
Apakah arti keadaan-keadaan tersebut?
Dalam kondisi pertama kita
melihat ada sebuah masalah dalam kendaraan kita atau kita sendiri yang
mengalami masalah. Misalnya semakin tua umur seseorang maka akan semakin
menurun mobilitasnya, tentunya akan berakibat kecepatan dia untuk pindah juga
akan diperlambat. Kondisi lain, motor yang biasanya melaju dengan kecepatan 60
km/jam kita merasa itu sudah kencang, tetapi suatu hari kita mengendarai motor
dengan kecepatan 60 km/jam tidak merasa motor itu kencang, malah kita anggap motornya
berjalan dengan lambat. Identifikasinya adalah motor yang kita miliki sudah
saatnya di service karena ada yang kita anggap tidak beres.
Kondisi
yang kedua, kita melihat besar kecepatan kendaraan karena iseng semata. Mungkin
karena ingin tau kecepatan kita berapa, mungkin ditanya seseorang, atau karena hanya ingin melihat saja.
Kondisi
berikutnya kita berada pada sebuah situasi yang menghadapkan kita pada sebuah
keharusan untuk melaju dengan kecepatan tertentu, akhirnya kita melihat
kecepatan kendaraan kita berapa. Jika dihadapkan minimal/maksimal kita melaju
dengan kecepatan V maka kendaraan yang kita miliki akan kita sesuaikan
kecepatannya. Apakah kita turunkan atau kita naikkan kecepatannya.
Konsep-konsep
sebelumnya coba kita aplikasikan dalam hidup kita, dengan memisalkan
Target yang dituju= jarak
Usaha = kecepatan, kita
akan memeroleh persamaan baru yaitu
Semakin
banyak target, kita akan semakin mengeluarkan banyak usaha/semakin memperbesar
usaha. Pikiran lumrah seseorang biasanya jika banyak target ingin segera
mengerjakannya dengan waktu sesingkat mungkin agar cepat terselesaikan. Oleh
karena itu, usaha yang kita keluarkan berbanding lurus dengan target dan berbanding
terbalik dengan waktu. Banyak target yang tidak tercapai, artinya usaha kita
kurang besar dan terlalu membuang banyak waktu kita untuk tidak fokus pada
target.
Coba
kita kaitkan dengan ilustrasi sebelumya yaitu keadaan dimana kita akan melihat
kecepatan kendaraan yang kita kendarai dengan seberapa tau kita akan usaha yang
kita keluarkan. Pada kondisi pertama melihat usaha karena ada suatu masalah,
inilah yang biasa kita sebut dengan evaluasi. Dengan adanya sebuah evaluasi
kita akan mengetahui banyak hal contohnya
kemampuan kita, dan apa saja kesalahan kita selama ini yang menyebabkan
target tidak terpenuhi.
Pada
kadaan yang kedua, kita melihat kecepatan kita karena “iseng”, dalam konteks
usaha ini yang biasa kita sebut dengan monitoring. Monitoring dilakukan misalnya
untuk mengetahui berapa usaha kita, ada atasan/pihak yang membutuhkan
pengetahuan/informasi berapa besar usaha yang kita lakukan.
Keadaan
terakhir adalah adanya pemantik untuk menurunkan atau menaikkan usaha. Pemantik
tersebut misalnya adalah aturan atau pengingat. Dengan adanya aturan kita akan
merasa terikat untuk menyelesaikan target. Jika aturan mengharuskan usaha kita
harus lebih besar karena banyaknya syarat misalnya, tentu kita akan lebih aware atas usaha kita, apakah sudah
sesuai aturan atau belum. Adanya pengingat juga sangat berguna untuk melihat
usaha kita. Ketika kita berjalan dengan lamban/tidak semestinya, makan ada
pengingat yang meluruskan kembali niat kita untuk berusaha lebih giat/lebih
besar lagi.
Dalam
sebuah organisasi diperlukan sebuah manajemen usaha yang difungsikan untuk
melihat seberapa besar usaha organisasi untuk mencapai target yang ditentukan.
Berdasarkan uraian sebelumnya ada 3 aspek yang dapat dijadikan untuk membuat
manajemen usaha yang bagus, yaitu evaluasi, monitoring, dan adanya suatu
pemantik.
Dalam manjemen usaha, aspek
ketiganya dapat dijelaskan sebgaai berikut
1.
Pemantik
Pemantik
adalah sebuah dorongan untuk menyelesaikan target dengan besar usaha tertentu.
Pemantik untuk manajemen usaha dengan membuat sebuah aturan atau pengingat akan
adanya sebuah target
2.
Monitoring
Monitoring
dilakukan untuk mengetahui seberapa besar usaha yang kita lakukan dalam
memenuhi sebuah target. Monitoring juga diperlukan jika sewaktu-waktu pemangku
kepentingan memerlukan informasi akan besarnya usaha yang dilakukan.
3.
Evaluasi
Evaluasi
dilakukan ketika merasa ada kesalahan yang terjadi dalam melakukan usaha
mencapai target, ataupun mencari tau mengapa target tidak terpenuhi.
Berdasarkan pemikiran
sebelumnya sebuah organisasi yang memerlukan manajemen usaha memerlukan
runtutan aspek pemantik, monitoring, dan evaluasi untuk mencapai target
organisasi.
Komentar
Posting Komentar